Idul adha, mengikhlaskan yang seharusnya karenaNya
Idul Adha merupakan hari agung dalam umat Islam. Idul Adha pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan“Idul Qurban”karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Tidakkah kita mengingat peristiwa akan disembelihnya Nabi Ismail oleh ayahnya sendiri, Nabi Ibrahim. Setiap hari Nabi Ibrahim berdoa dan memohon pada Allah agar dikaruniai seorang anak. Nabi Ibrahim dikaruniai seorang putra setelah penantiannya selama puluhan tahun, namun Allah justru memerintahkan untuk menyembelih putra kesayangannya itu. Lantas tidakkah hancur hatinya? Benar sangat hancur, namun dia percaya ini adalah perintah Allah dan ia percaya segala yang diperintah Allah adalah hal yang baik dan benar. Ismail yang masih anak-anak mengatakan pada ayahnya “kalau memang ini perintah Allah laksanakan ayah”. Semakin teriris lagi hati seorang ayah. Namun tatkala nyaris pisau yang dia gunakan mengenai leher sang putra lalu Allah menggantikannya dengan domba.
Dari sini kita bisa memetik bahwa segala apa yang kita miliki adalah pemberianNya dan kelak harus kembali padaNya. Mengkhiklaskan segala sesuatu yang hakikatnya bukanlah milik kita. Dan Allah tidak akan membiarkan tangan yang berdoa padaNya kembali kosong, Wallahua’lam bishawwaf semoga kita semua menjadi hamba yang senantiasa dekat denganNya serta akan kembali padaNya di keadaan yang baik.